Ladang Kata
Di ladang kata, Petani menanam biji-biji Kalimatan Thayyibatan, biji-biji kata yg indah dari Tuhan.
“Bismillaahirrahmanirrahiim,” bisiknya sebelum menebarkan biji-biji Laa ilaaha ilallah ke tepi-tepi ladang.
Biji-biji Laa ilaaha ilallah yg seperti butir² cahaya , jatuh di sela-sela titik embun.
“Assalamu’alaikum, Embun yg cantik,”sapa biji La ilaaha ilallah.
Embun tersipu. Wajahnya berbinar seperti saat cahaya mataharai menyentuhnya di pagi hari.
“Wa’alaikumsalam,”jawab embun malu-malu.
Cacing tanah menggeliat ketika sebutir biji Subhanallah merojol dari kantong petani, jatuh di tanah gembur.
“Alhamdulillah, terimakasih Cacing Tanah yg baik,”kata biji Subhanallah.
Cacing tanah yg membuat tanah menjadi gembur itu tidak menjawab. Ia terpesona melihat biji Subhanallah yg begitu bersih.
Cacing tanah dan tanah gembur kehitaman itu tidak kotor. Tapi biji Subhanallah itu terlihat begitu bersih diantara yang bersih.
Petani terus berjalan. Menaburkan biji² kata yg indah dari Tuhan.
“Alhamdulillah,”petani tersenyum, biji² telah selesai ditaburkan.
Kelak biji-biji itu akan tumbuh menjadi pohon yang sangat kokoh , akarnya kuat , menghunjam ke dalam tanah, dan dahannya menjulang ke angkasa.
Pohon-pohon itu menghasilkan buah manis sepanjang musim .
“Subhanallah!”
“Laa ilaaha ilallah!”
Kata orang² yang memetik buahnya.
Kadang-kadang , dating orang yg habis memakan buah pahit dari pohon yg buruk.
“Astagfirullah,” ia menyesal.
Maka dahan-dahan pohon yg indah itu akan merunduk, mengulurkan buah-buah yg manis pada orang itu.
Alhamdulillah……
Kalimah Tayyibah, kata-kata yang baik itu seperti pohon yang indah , akarnya kokoh menghunjam ke dalam bumi, dan dahannya menjukang ke angkasa.
Pohon-pohon itu selalu berbuah sepanjang musim.
(QS Ibrahim: 24-26)